Sunday, June 16, 2013

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Satu)

Tulisan ini merupakan pengalaman penulis
ketika mengikuti Gerakan UI Mengajar di Kampung Depok, Pandeglang, Banten
9 Januari-1 Februari 2013

            Akhirnya setelah kurang lebih 6 jam perjalanan menyusuri jalanan kota Depok menuju arah Banten, rombongan panitia dan pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2 tiba di Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
            Disini kami beristirahat sejenak di Kantor Kecamatan untuk melepas lelah. Disini pula aku mendapat sedikit gambaran dari dinamika pendidikan di Sobang. Anak-anak TK dan SD berlari kecil membawa payung berwarna-warni membentuk formasi warna yang begitu indah sambil sedikit-sedikit bercengkrama dalam bahasa Sunda.
            Pada acara pembukaan di Balai Desa Sobang, kami diperkenalkan dan disambut oleh Bapak Camat, Bapak Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sobang, dan para kepala-kepala Sekolah Dasar yang ada di Desa Kutamekar dan Kertaraharja.
            Selanjutnya, kami pun menunggu di Kantor Kecamatan untuk diangkut menuju titik masing-masing. Hingga malam tiba, kami harus terus menunggu di Kantor Kecamatan karena hujan turun terus menerus dari pagi sehingga menyebabkan akses jalan ke titik kami terputus. Kemudian, petualangan kami pun dimulai. Kantor Kecamatan kebanjiran!!
            Malam itu kami terkurung di Kantor Kecamatan karena banjir besar, kira-kira mencapai pinggul orang dewasa. Kami langsung menaikkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi dan para perempuan dievakuasi ke rumah warga yang letaknya lebih tinggi. Dan kami para laki-laki tinggal di kantor kecamatan untuk menjaga barang-barang.
***
            Pagi hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Banjir sudah surut. Matahari muncul dibalik awan yang mendung walau terlihat malu-malu. Dan aku pun memulai hari dengan nasi uduk tempe kuah opor yang dijual di depan SD Negeri 2 Sobang.
            Kabar baik pun datang. Para pengajar dan panitia titik 3 & 4 sudah bisa menuju lokasi. Dengan menaiki truk, kami semua menyusuri jalan berbatu, berlubang, dan becek. Sungguh merupakan tantangan bagi kami semua. Dan tanganku yang lecet menjadi saksi betapa sudahnya medan yang kami lalui.
            Tak hanya itu, kami pun harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk mencapai Kampung Depok. Jalanan berbatu, penuh dengan lumpur, ditambah dengan carrier yang beratnya kurang lebih seperempat berat badanku, kulalui bersama rekan pengajar dan panitia lainnya.
            Dan siang itu, tepat jam 12, kulabuhkan carrier, tubuh yang pegal, dan hatiku dirumah seorang ibu yang hangat pembawaannya, Bu Amnah. Aku tiba di rumah.
***
            Listrik masih padam. Di kampung Depok ini, listrik sudah padam sejak 5 hari yang lalu. Agak kaget memang mengingat kebanyakan dari pengajar dan panitia tidak mempersiapkan daya baterai dengan cukup alias hampir lowbatt.
            Hari ini hari yang baru. Dengan nametag, kemeja putih, celana hitam, dan jaket kuning mengiringi langkah kakiku menuju tempat dimana pengabdianku dimulai, SD Negeri 3 Kertaraharja.    Memasuki SD Negeri 3 Kertaraharja, aku bersama pengajar yang lain langsung disambut oleh puluhan anak-anak dan mereka langsung mencium tanganku. Seketika dalam hati ini seperti terasa “nyeshh”, terharu bercampur kaget karena ini merupakan hal yang baru.
            Kami pun diperkenalkan dengan para guru di SD ini dan perhatianku tertuju pada seorang bapak yang tenang, agak tua, dan bersahaja yang akan kuanggap sebagai mentorku disini, Bapak Jaenudin.
            Setelah diperkenalkan juga dalam acara Grand Launching di sekolah, kami masuk ke kelas masing-masing. Aku melangkahkan kakiku masuk ke kelas V. Dengan disambut assalamualaikum, kulihat anak-anak yang ada di kelasku. Saat itu juga kulihat tunas-tunas bangsa yang menunggu  untuk bertumbuh dan menjadi bunga yang indah.
            Kuperkenalkan diriku, bermain tepuk semangat dan permainan-permainan, dan kuminta untuk mereka menyebutkan nama serta cita-cita mereka. Ada para calon dokter, calon pemain bola, calon guru, calon santri, calon kyai, dan banyak lagi. Tekad untuk mewujudkannya kulihat jelas di mata mereka.

            Walau waktunya singkat, namun aku sudah mulai membangun kedekatan dengan mereka. Hingga akhirnya pertemuan hari ini harus diakhiri. Dengan manis kukira, karena seorang muridku yang bernama Suyadi berkata, “Pak, besok main bola jam 7 pagi ya.”.


Anak-Anak Kelas 5 SDN 3 Kertaraharja Depok

***

No comments:

Post a Comment