Monday, March 24, 2014

BANGKITLAH PEMUDA-REMAJA GKI !



Pemuda dan remaja menjadi satu unsur yang memberikan warna tersendiri dalam dinamika kehidupan sehari-hari. Dengan ide-idenya yang kreatif, dinamis, semangat, menyukai tantangan, dan suka bereksperimen dengan hal-hal yang baru, pemuda remaja hadir sebagai satu bagian yang memberi kontribusi tersendiri. Dan kebanyakan ide-ide baru dan segar lahirnya dari pemikiran pemuda dan remaja.
         Rekan muda, ada sebuah kutipan yang berkata, “Pemuda adalah tulang punggung bangsa dan negara”. Nyatanya, slogan tersebut juga berlaku dalam kehidupan Gereja. Pemuda adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan Gereja. Begitu pula dengan remaja. Dalam struktur pelayanan (gereja) di berbagai lapisan masyarakat, pemuda dan remaja memperoleh tempat khusus karena dianggap sebagai masa depan keluarga, bangsa, organisasi dan tentu saja gereja. Karena itu pemuda dan remaja sangat penting kehadirannya bagi kelanjutan kehidupan menuju yang lebih baik.
        Siapakah pemuda dan remaja gereja, rekan muda? Ada beragam pemahaman tentang pemuda dan remaja saat ini. Dalam undang-undang tentang pemuda UU No. 40 tahun 2009 dijelaskan bahwa batasan usia pemuda adalah 16-30 tahun. Ada juga di kalangan gereja yang tidak melihat pada batasan usia, dengan mengatakan semua orang yang masih berjiwa muda serta mereka yang belum menikah. Batasan usia yang lain adalah usia 15 – 25 tahun dan 15 – 35 tahun. Sebagai gambaran lain terdapat pula yang mengategorikan mereka yang bukan anak-anak lagi namun belum juga dewasa. Sebagai informasi penting, saat ini jumlah penduduk Indonesia menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 yang berusia 16-30 tahun berjumlah 62 juta, tentu saja bila rentangnya antara 16-40 akan lebih besar lagi.
         Berbicara soal keadaan pemuda dan remaja, memangnya ada apa? Pertanyaan ini mungkin sempat terlintas di pikiran kita. Mungkin  beberapa jawaban yang muncul, “Enggak apa-apa kok. Pemuda remaja gue baik-baik aja”, “Gue selalu datang persekutuan, ya walaupun yang datang gak sampe sepuluh orang”, “Walau yang melayani orangnya itu-itu aja, tapi pelayanan pemuda di gereja gue jalan kok” dan lain sebagainya. Kondisi pemuda dan remaja saat ini sedang “sakit keras”.


        Ada beberapa permasalahan dan tantangan yang membuat kondisi pemuda dan remaja gereja dikatakan sedang “sakit keras”. Pertama, menurunnya animo pemuda dan remaja dalam menghadiri kegiatan-kegiatan gereja, khususnya yang diadakan oleh pengurus Komisi Pemuda dan Komisi Remaja. Ada yang lebih senang tinggal di rumah menonton TV, bermain game, atau lebih enjoy menghadiri acara-acara kelompok sebaya yang diinisiasi sendiri ketimbang menghadiri kegiatan-kegiatan yang diinisiasi pengurus pemuda dan remaja gereja. Tak jarang juga pemuda dan remaja sekarang lebih fanatik kepada kelompoknya. Kehadiran kelompok geng motor adalah salah satu penanda yang membawa pesan betapa kuatnya lingkungan mempengaruhi pemuda dan remaja gereja. Kehidupan pemuda dan remaja juga sudah sulit dipisahkan dari internet dan sosial media, khususnya Facebook, Twitter, Instagram, Path, dsb. Arus informasi menjadi sangat pesat dan tidak terkendali.
Kedua, ada banyak pemuda dan remaja gereja (khususnya di kota-kota besar) yang kesulitan mengatur waktu untuk mengikuti aktivitas gereja karena banyaknya tugas sekolah dan kursus yang mereka ikuti. Beban tugas sekolah, plus persaingan nilai, persaingan antar sekolah dan tekanan dari orang tua, membuat waktu mereka habis untuk belajar. Begitu juga dengan para pemuda gereja, memenuhi target untuk mengejar karier dan mendapat penghasilan yang besar terkadang menjadi alasan ketidakhadiran mereka dalam aktivitas gereja.          
Ketiga, terbatasnya kesempatan pemuda dan remaja untuk melayani di gereja karena tertutupnya gereja terhadap budaya pemuda dan remaja. Budaya pemuda dan remaja disini diartikan sebagai karakteristik pemuda dan remaja yang ingin mengembangkan kreatifitasnya, senang mencoba hal baru, tidak menyukai hal-hal yang monoton, dan lain sebagainya. Para pemuda dan remaja mempunyai caranya sendiri untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Tetapi, terkadang mereka bingung dan tidak mendapat tempat di gereja untuk mengembangkan diri. Belum lagi mereka menganggap gereja kurang tanggap dalam membantu mereka menghadapi masalah di seputar kehidupan pemuda dan remaja. Hal-hal ini yang membuat pemuda dan remaja enggan untuk terlibat dalam kegiatan gereja.
Walau ada banyak tantangan dan masalah yang dihadapi, apakah kita akan menyerah pada keadaan tersebut, rekan muda? Justru inilah saatnya kita untuk bangkit sebagai pemuda dan remaja GKI. Kita tidak boleh menyerah dengan godaan-godaan yang ada ditengah era post-modern ini. Melainkan kita semakin bekali diri kita dengan firman Tuhan dan saling menguatkan satu sama lain dalam persekutuan gereja.
Mazmur 133 menekankan tentang persekutuan yang rukun di antara saudara-saudara. Di tengah-tengah persekutuan yang rukun inilah berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan, dapat saling menguatkan, dan firman Tuhan yang disampaikan dapat menjadi suluh dalam kita menjalani hidup ini. Kerasnya tantangan dan dinamika kehidupan pemuda dan remaja akan membuat kita kehilangan arah jika tidak mempunyai suatu pegangan yang kuat, yaitu firman Tuhan. Salah satu juga yang membuat kita dapat bertahan adalah penguatan yang kita dapat dari rekan satu persekutuan kita.
Rekan muda, akhir-akhir ini, muncul juga beberapa gerakan di lingkungan GKI yang ingin membangkitkan kembali pemuda dan remaja GKI. Gerakan-gerakan ini muncul atas keprihatinan akan kondisi pemuda dan remaja sekarang yang sudah terlarut dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, individualistis, dan kurang memperhatikan kehidupan spiritual pribadi. Gerakan-gerakan ini hadir sebagai “korek api” yang membakar semangat pemuda dan remaja untuk bersatu, semangat melayani, mengembangkan persekutuan di gereja masing-masing, serta memberi dampak bagi lingkungan di sekitarnya.
Di tingkat remaja, salah satunya adalah gki summercamp yang merupakan program dari Binawarga. gki summercamp adalah program pembinaan pengurus dan aktivis remaja GKI dalam lingkup Sinode Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pertama dilaksanakan pada tahun 2011, sebanyak 120 pengurus dan aktivis remaja berkumpul mengikuti gki summercamp di Puncak, Jawa Barat. Tahun 2012, ada 200 pengurus dan aktivis remaja dari Sinode Wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dan pada tahun 2013, ada 300 pengurus dan aktivis remaja dari Sinode Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berkumpul menjadi satu di Yogyakarta mengikuti gki summercamp. Pada tahun 2014 ini, ditargetkan 450 pengurus dan aktivis gereja akan mengikuti kegiatan ini pada pertengahan tahun ini di dua tempat, yaitu Puncak dan Yogyakarta.
Di tingkat pemuda, ada beberapa gerakan yang dilaksanakan belum lama ini. Pertama, Temu Raya Pemuda 2012 di Bandung. Rekan-rekan pemuda dari Batam, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, sampai Denpasar berkumpul di Bandung. Kemudian, pada Oktober 2013 dilaksanakan Jamboreuni Pemuda di Salatiga, Jawa Tengah. Kemudian, pada tanggal 28 Februari – 3 Maret 2014 baru saja dilaksanakan Konferensi Nasional 2014 Departemen Pemuda dan Remaja PGI di Tawangmangu, Jawa Tengah. Ketiga kegiatan ini memfasilitasi pemuda-pemudi gereja untuk belajar dan bertumbuh bersama, menumbuhkan semangat untuk membangun gereja masing-masing, serta membangun jaringan antar pemuda gereja.


Marilah kita sebagai pemuda dan remaja Kristen menghidupkan kembali persekutuan kita sebagai pemuda dan remaja GKI. Hidup atau tidaknya kehidupan persekutuan pemuda dan remaja ditentukan oleh kita, bukan orang lain. Buatlah persekutuan tersebut sebagai sarana kita untuk dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan membawa berkat serta penguatan bagi sesama.
Marilah kita juga menghayati peristiwa kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga. Biarlah kematian Kristus kita hayati dengan menyalibkan segala dosa, kebiasaan buruk, sifat egois, dan individualisme kita dan kebangkitan Kristus juga dapat kita maknai sebagai bangkitnya pemuda dan remaja GKI yang bersatu membawa terang dan dampak positif bagi lingkungan sekitar.


Referensi :
http://pgi.or.id/kegiatan-dan-pelayanan-pgi/generasi-oikoumene-kaum-muda-sebagai-harapan-gereja-dan-masyarakat