Sunday, May 27, 2012

MARI BERBAGI :)

Yuuuuk, mari kita berkontribusi. :)

Departemen Pengmas BEM Bakti 2012 bekerja sama dengan Departemen Pengmas BEM FH UI mempersembahkan: We Care 2012. Akan diadakan kunjungan sosial ke Lapas Anak Pria Tangerang tanggal 16 Juni 2012. Teman-teman semua juga bisa loh ikut berkontribusi dalam acara ini! Caranya?
1. Berikan tanda tangan teman-teman di spanduk @ selasar gedung D Fakultas Psikologi UI, spanduk sudah bisa ditandatangani Selasa, 29 Mei 2012 
2. Dan atau membeli penggaris We Care sebagai bentuk donasi sebesar Rp 5000,- yang dijual panitia, atau bisa hubungi CP: Devina 081806673885
Kontribusi teman-teman akan sangat membantu mereka merasakan semangat tema We Care 2012 "I'm The Captain of My Life", so tunggu apa lagi? Ayo tunjukin kepedulian teman-teman dengan ikut berkontribusi \(^o^)/

INI AKU... UTUSLAH DIA

“Ini aku, utus aku!
Kudengar Engkau memanggilku.
Utus aku; tuntun aku;
‘Ku prihatin akan umatMu.”
            Rekan muda sekalian pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu ini. Sungguh terlalu (kalo katanya bang Rhoma) kalau sebagai warga GKI tidak tahu lagu ini. (hehehe.. J ) Yapp, inilah salah satu karya dari Daniel Schutte (1991) yang tercantum dalam Pelengkap Kidung Jemaat nomor 177. Lagu ini sering ini dipakai dalam liturgi, khususnya di bagian Pengutusan. Lalu, apakah ini hanya sekedar lagu pengutusan? Apakah pengutusan dalam setiap ibadah tersebut benar-benar telah mengutus kita?
            Sebelumnya, mungkin dari rekan muda sekalian merasa ganjil dengan judul dari tulisan ini. Ya, judul ini sengaja dipilih untuk sekedar menggelitik kita soal pengutusan atau bisa dibilang pelayanan kita di kehidupan ini. Namun, jika mau kita cermati, bukankah kita sering seperti itu? Kalimat “Ini aku, utuslah dia” juga sering dijadikan lelucon yang sebenarnya ingin mengatakan, “Jangan gue..”, “Gue kan udah melayani di gereja, ngapain melayani di luar gereja, “Gue lagi banyak tugas nih, gak sempet ikut baksos gereja”, “Nanti ya, kalo gue ada waktu gue mungkin akan ikut pelawatan ke rumahnya”, dsb.
Sebagai pemuda dan remaja, kita pasti sudah tidak asing dengan pelayanan, khususnya di gereja. Ada yang melayani sebagai pemusik, pemandu pujian, lektor, pengurus komisi pemuda/remaja, dsb. Bahkan berkat potensi dan talenta yang Tuhan berikan, kita bisa melayani di lebih dari satu bidang pelayanan. Bisa dibilang juga, “kalo gak pelayanan di gereja, kayak ada yang kurang sob.” Semangat pelayanan tersebut sungguh luar biasa besar. Namun, apakah semangat pelayanan tesebut hanya ada dalam pelayanan di gereja? Bagaimana dengan pelayanan di luar gereja? Berikut ini ada sebuah kisah nyata yang dialami oleh dr. Howard Kelly, seorang yang dulunya adalah anak orang miskin yang kemudian bisa menjadi dokter.

Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorg gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.
“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.
“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.
Belasan tahun berlalu…
Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.
Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu  pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…
“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.
(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)

            Sungguh indah bukan pengalaman yang dialami oleh dr. Howard Kelly dan wanita tersebut? Wanita itu tidak menyangka akan bertemu lagi dengan seseorang yang dulunya dia tolong dengan memberikan susu. Dan tidak disangka juga orang yang dia tolong itu akan membantu dia ditengah sakit yang dideritanya.
            Nah rekan muda, bagaimana kalau waktu itu si wanita tidak menolong anak kecil itu? Bagaimana kalau dia tidak mengindahkan anak itu dan menutup kembali pintu rumahnya dan masuk begitu saja kerumahnya tanpa menolong anak itu? Mungkin saja anak itu bisa meninggal karena kelaparan. Bisa juga dia memutuskan untuk mencuri di toko makanan dan bisa dipukuli oleh massa ketika tertangkap. Dan segala cara lainnya bisa dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan akan makanannya.
            Mari kita mengandaikan anak kecil itu sebagai orang-orang diluar sana, diluar lingkungan gereja. Mereka kekurangan, mereka membutuhkan bantuan orang lain, dan mereka hidup dengan apa yang ada pada mereka, bukan apa yang bisa mereka beli atau gesek dengan kartu kredit. Dan si wanita dengan rumahnya anggaplah sebagai kita yang ada di dalam gereja. Dari cerita diatas, kita sebagai warga gereja sudah ikut membantu orang-orang yang ada di luar gereja dengan latar belakang yang berbeda dari kita. Namun rekan muda, bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi bila kita tidak membuka pintu rumah tersebut?
            Begitulah dengan pelayanan kita. Ketika kita hanya berfokus pada pelayanan di dalam gereja saja, maka sama saja kita menjadi terang di antara terang. Padahal seharusnya kita menjadi terang di tengah kegelapan. Mari kita lihat pada kisah Maria dan Marta. Berikut kutipan dari salah satu ayatnya.
Lukas 10:40 “sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

Dari cerita diatas, Yudhi Gejali mengemukakan beberapa poin yang dapat kita ambil dan kita pelajari dalam melayani Dia:
1.          Pelayanan adalah komitmen pribadi
Maksudnya pribadi adalah kita yang memilih untuk pelayanan, jangan melayani karena dipaksa; entah itu dipaksa pembina rohani, ataupun karena gak enak sama temen karena sudah diajak berulang kali. Karena pelayanan adalah komitmen pribadi, jangan bersungut-sungut, jangan berkata “Tuhan, ko gue lg sih yg angkat-angkat kursi, pembina gw malah enak-enak cumen salam sana sini ketawa-ketawa.” Pelayanan adalah pribadi, kita yang memilih dan mengambil keputusan untuk melayaniNya.We choose to serve Him, no one force us to do it.
2.         Duduklah yang cukup dibawah kakiNya
        Sebelum kita bisa melayani Dia, biarlah Dia melayani kita lebih dahulu. Seperti Maria yang duduk dikaki Tuhan, dia dilayani Tuhan terlebih dahulu. Bagaimana mungkin kita bisa melayaniNya tanpa dilayani terlebih dahulu? Ibarat bejana, kalau bejana itu kosong, dan pemiliknya tidak menuangkan air terlebih dahulu kebejana tersebut, bejana tersebut tidak akan dapat berfungsi dan melayani pemiliknya. In Order to walk well, we should learn to sit well.
3.          Senyummu tidak akan menyakiti siapapun
        Kita tidak akan pernah tahu kondisi masing-masing pribadi yang datang ke gereja. Mungkin ada yang semalam habis bertengkar dengan suami/istrinya. Mungkin juga ada yang bisnis atau usahanya sedang mengalami kendala. Mungkin juga ada anak remaja yang gayanya nyeleneh karena orang tuanya ribut terus dirumah. Kita tidak akan pernah tau apa yang sedang mereka alami, oleh karena itu tetaplah tersenyum. Segalak, sejutek, sekasar apapun mereka tetaplah berikan senyuman yang manis dan pelayanan yang baik untuk mereka. Kita tidak akan pernah tau betapa senyuman kita membantu mengangkat mood mereka. At the end, our smile is not harmful to them.

Selamat duduk dikakiNya, melayaniNya saat kita sudah dilayaniNya, dan memberikan yang terbaik dalam pelayanan. Biarlah kita menjadi kitab yang terbaca bagi orang lain, tidak hanya bagi orang yang ada dalam gereja saja melainkan juga untuk saudara-saudara kita diluar sana.  Biarlah kita bisa berkata Tuhan ini aku, utuslah aku.

Referensi:

Friday, May 25, 2012

HEY, BIG PROBLEM! I HAVE BIG GOD


            Kekuatiran seringkali dimiliki banyak orang entah apapun profesinya. Sebagai siswa/i dan mahasiswa/i,  banyak hal yang kita kuatirkan. Kuatir kalau nilai turun, kuatir kalau tidak bisa membagi waktu antara belajar dengan teman bermain, kuatir dengan pelayanan yang kita kerjakan, kuatir dengan kondisi kesehatan, dan tentunya maasih banyaaak lagi, bahkan mungkin di satu buku tulis kita tidak cukup untuk menuliskannya. Semua orang hidup dengan kekuatirannya masing-masing karena kita sebagai manusia tidak tahu dengan apa yang akan terjadi pada hari esok.


            Tak jarang juga kita merasakan kekuatiran tersebut karena tuntutan dari faktor eksternal., seperti orang tua atau saudara yang menanyakan kapan rencana untuk lulus, yang mungkin dapat membuat membuat kekuatiran yang lebih lagi karena akan terdapat pikiran-pikiran, “Bisa gak ya ngebahagiain orang tua?”, “Kalau lulus dengan nilai yang jelek gimana ya?”, “Sebenarnya minat aku apa ya?”, “Setelah lulus SMA bisa masuk universitas favorit gak ya?”. “Setelah lulus kuliah langsung dapat kerja gak ya?”.


            Nah teman-teman, jadi sebenarnya apa itu kuatir? Salah satu ayat yang menyatakan tentang kuatir adalah Filipi 4:6 yang berbunyi. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Sementara itu, Alkitab versi NIV sendiri menuliskan ayat tersebut sebagai berikut “Do not be anxious about anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God”.


            Sebagai manusia biasa, orang beriman pun tidak lepas dari rasa kekuatiran tersebut. Hal ini terjadi karena kita terlalu fokus pada diri kita sendiri. Kita sudah terlanjur men-judge diri kita bahwa kita tidak bisa mencapai sesuatu, tanpa berusaha terlebih dahulu. Dari sini terlihat bahwa kita terlalu mengandalkan kekuatan diri kita sendiri dalam menjalani hidup ini dan menjadi takut ketika kita berpikir bahwa ada hal-hal didalam maupun diluar diri kita yang membuat semuanya tidak pasti. Padahal kita mempunyai Tuhan yang selalu beserta kita setiap hari. Lalu perlu gak sih sebenarnya kita kuatir? Kalau dipikir-pikir, sebenarnya tidak perlu karena beberapa alasan. Pertama, kuatir itu merupakan pekerjaan yang sia-sia. Tuhan Yesus dalam Lukas 12:25 berkata. “Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?” Rasa kuatir tidak akan  dapat menghasilkan apa-apa tetapi malah membuat kita terkadang menjadi jauh dari Tuhan. Kedua, Tuhan sendiri memberikan jaminan bahwa Ia akan mencukupi segala kebutuhan kita. Burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai, bunga bakung yang tidak memintal dan tidak menenun, dan rumput di ladang saja dipelihara oleh Tuhan, apalagi kita sebagai manusia (Lukas 12:24, 27, 28).

            Teman-teman, berikut ini ada satu ilustrasi yang akan memberikan gambaran kepada kita mengapa kita tidak perlu merasa kuatir:

Ada dua orang pelancong asal Swiss yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat-sendat karena mesin tuanya.
Sepanjang jalan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terbekap rasa kuatir kalau mobil itu mogok di tengah jalan. Ia kuatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom bensin disana.
Sementara pelancong kedua tampak santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yang puncaknya dihiasi salju putih. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera pocketnya.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju. “Kok kamu sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama. “Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.


            
          Kisah diatas menolong kita untuk memahami bagaimana seringkali kekuatiran membuat kita kehilangan banyak hal yang berharga. Lebih buruknya lagi, seringkali kekuatiran itu tidak terbukti separah apa yang kita kuatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali. Kekuatiran tidak akan menambah sejengkal pun usia kita. Banyak orang hidup dalam kekuatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti akhirnya. Akhirnya, orang yang seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.


Dari alasan-alasan diatas, kita dapat melihat bahwa Allah terus bekerja dan beserta kita selalu. Mungkin ada saatnya dimana kita merasa apa yang terjadi kurang baik bagi kita tetapi kita harus kembali mengingat bahwa yang paling tahu apa yang terbaik bagi kita adalah Tuhan sendiri. Oleh karena itu, kita harus lebih menyerahkan hidp kita kepada Tuhan. Jadi tidak ada lagi alasan untuk kuatir karena ketika kita berdoa dan meminta kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita, Ketika masalah datang, kita bisa mengatakan, “Hey big problem, I Have a Big God” karena memang benar Dia adalah Tuhan yang besar. Dan kasihnya kepada kita merupakan kasih yang tidak berbatas dan tidak terhalang oleh apapun.                                                                                                                                                                                               




Wednesday, May 23, 2012

GODLY MEN vs WORLDLY MEN

Dear Girls, 


There are two kinds of men: Godly men, and worldly men. 
What kind of man do you want? 
I’m betting most of you said “a Godly man.” 
Someday, you want to marry a man who loves God with every fiber of his being because he will be an excellent husband and father. 
He will honor and be true only to you. 
Most women want a Godly man or at least think they do. 
Well, I think I have found a way to tell you exactly what kind of guy you will get. I don’t even have to know you! All I have to do is look at you. 





The kind of guy you want or will get is advertised by the clothing you wear. 
I know what men want. Trust me, I am a guy. I know more guys than you do and I know them better. 
I know what we think, what we talk about, what we want, and what we look for, and it is different for each one of us depending on our relationship with God. 
I’m sure you already know this, but men were created differently than you. We have different desires and priorities. 
Our eyes and minds react very differently to some things than yours do. 
It isn’t disgusting, perverted, or wrong; it is wonderful and good! 
It is how God made us. It’s how we handle these differences that separate a Godly man from a worldly man. 



A worldly man doesn’t control himself, rather, he looks at anything that attracts his attention or gets him excited. A worldly guy has no problem when girls wear clothes that show off skin, like boxers, high or low-cut shirts, low-rise jeans, and “cute” little swim-suits. 
He’s a fan of tight-fitting shirts and pants that show off your form, he thinks they’re fine! 
Worldly guy watches a lot of TV and R-rated movies, isn’t really offended by sexual content or nudity and secretly dabbles in pornography. He’s a “Christian” and makes up a significant portion of your church and youth group. He’s a really nice guy and sees you mainly for your body. 



If you were to marry worldly guy, he’d bring lots of baggage into the relationship, have intimacy problems, entertain thoughts of other women, and possibly cheat on you. 



A Godly man is in control of his drives and desires. 
He constantly seeks God and reads his Bible. 
He “walks in the Spirit” and isn’t set off by everything he sees. 
When immodestly-dressed girls, magazine covers, or risqué advertisements come into view, Godly guy quickly “bounces his eyes” away from the image. 
He’s constantly guarding his thoughts and what he allows into his mind. 
He hates being around girls that disrespect him and his struggles by wearing inappropriate attire. 
Godly guy doesn’t watch much TV and is selective about the movies he sees. He views you as a person, knows you and respects you. 
He has your best interests in mind and guards against inappropriate thoughts of you. 



If you were to marry Godly guy, he would give you the emotional attention you need, he would ignore other women and remain faithful to you no matter what. 



Unfortunately, there are more worldly men than Godly men. 
And to make matters worse, to the untrained eye, a worldly man can look a lot like a Godly man. 
So what can you do to only attract a Godly man? 
An important way of delineating between them lies in how you dress. 
As mentioned before, the clothes you wear advertise what kind of guy you are looking for. 
If you dress immodestly, you will attract worldly guys and scare away the Godly ones. 
It all comes down to the kind of man you want to spend your time around and eventually marry. 
You cannot afford to be complacent in this area of your life! 
You will pay the price someday. 



This issue isn’t limited strictly to you and your future relationship. 
The way you dress directly affects other men and women and their relationships. 
You don’t see the struggles, the pain, the tears and the sin that you cause, but I can promise that you would be shocked if you did! 
Ask any Christian young man; we’ve all seen it. It’s kept hidden but it is definitely there. 
By dressing immodestly, you effectually spit on the struggles of our weaker ranks, appearing to care more about toying with us than helping us. 
You’ll never know how many broken relationships and lifestyles of sin you’ve contributed to simply by the way you dress. 

You want to marry a Godly man someday, well so do many other women. Don’t just help yourself and your future, help all women and their relationships by showing discretion in your dress. 



Of course, I understand the desire to look stylish, attractive, and “cute.” 
It’s important to fit in and get attention. Trust me, it can be done modestly! 
I also understand that it is easier for some girls to find stylish and well-fitting clothes than it is for others. 
This is an area where guys really don’t understand what you are up against. 
But just remember, for every sacrifice you make to honor God with your image, Godly men are making sacrifices in their lives that are just as hard, if not harder! 
They will and do respect you so much for choosing to be modest! 
A real lady is conscientious of the image she presents, and real men want a real lady. 
And you can forget about any guys missing out on how attractive you are because you don’t wear revealing clothing. 
You could wear a circus tent and we would still know; it’s a gift we have. 




And so the question still remains: 
What kind of man do you want? Answer with your shirt. :)


NB: Tulisan ini diambil dri notes FB yang di tag oleh seorang senior di kampus saya, JIT. Semoga menginspirasi. :)

Tuesday, May 22, 2012

5 PICS = 5 SMILE

Selamat malam,

Hanya ingin berbagi malam ini... Oleh-oleh yang didapat dari perjalanan hidup 2 minggu ini.


Pertama, ada oleh-oleh.dari Garfinkel Experiment. Heree wee gooo, the Talent!!!

Annas J.Pratama a.k.a Bang Bang Tut *apa lu liat2? Lu kira gue pisang"

Rully Swarnaputra a.k.a Bang Bocor "saya minum dua"


Doglas a.k.a Bang Jamrud *mirip vokalisnya Jamrud kan?*




Keduaa, kemarin nemu ini di perpustakaan Psiko UI. Sungguh luar biasa dan tidak menyangka bisa nemuin ini. :D

Ternyata untuk move on ada literaturnya juga *pasti besok perpus psiko rame nih :p*


Terakhirr, ternyata angkatan 2011 Psiko UI sudah melebarkan sayapnya ke dunia perpolitikan. Buktinya?? Ada Cagub-Cawagub DKI Jakarta di Psiko UI. :D


Jokowi-Ahok will be *pilih nomor nol*




Inilah (beberapa) warna mengapa orang berkata bahwa kebahagiaan dan canda tawa menemukan definisinya, disini, di Fakultas Makara Biru Muda. :D

Regards,
OWL















Sunday, May 6, 2012

Sebuah Perjalanan

Selamat malam,

Huaahhhh, saya tak bisa berkata-kata banyak tentang minggu ini, bahkan sampai ketika jari saya sedang mengetik postingan ini sekarang. Saya lega kesibukan-kesibukan minggu ini sudah terlewati. Kesibukan yang bikin saya (sejenak) lupa akan akademis, interaksi sosial, dan bahkan untuk urusan yang bersifat printilan. Sebagai orang yang tidak optimal dalam multitasking, saya merasa banyak yang saya lalaikan minggu-minggu ini. Dan oleh karena itu saya minta maaf sama semua pihak yang sudah saya rugikan selama minggu ini *sujud sungkem* Hehehe.. :)

See??
Namun, banyak hal yang patut disyukuri minggu ini. Tidak hanya itu, beragam pengalaman menarik saya dapatkan di sepanjang minggu ini. Apa saja??? Pertama saya mengawali minggu pertama di bulan Mei ini dengan ke Cianjur. Saya beserta teman-teman yang tergabung dalam Paduan Suara Maranatha berkesempatan mengisi pujian di GKI Cianjur. Sepanjang perjalanan kesana saya menemukan sesuatu yang menarik dan mungkin agak aneh. Apa itu?? Saya menemukan bahwa angkot di Cianjur ketika sedang di jalan dengan mengangkut penumpang, selalu membuka pintunya. Bagaimana dengan keselamatan penumpangnya?? Bagaimana kalau ada penumpang yang meluncur keluar?? Hal ini bertolak belakang dengan angkot yang ada di Jakarta dan membuat saya heran juga. Tapi dalam hati, "Mungkin ini bagian dari tradisi unik masyarakat Cianjur". Hehehe.. :)
Paduan Suara Maranatha

Dan tidak rugi saya ke Cianjur. Sebuah kota yang bersih, sejuk, jalan-jalan dan gedung-gedung tua yang masih terjaga keasliannya, serta sapaan ramah dalam bahasa Sunda dari masyarakatnya. Hal ini membuat saya sempat terpikir untuk suatu saat bisa tinggal di kota ini, bersama keluarga kecil saya. :)

Inilah Cianjur :)
Salah satu sudut kota Cianjur

Kamis, 3 Mei 2012
Dan cerita pun berlanjut. Saya juga bersyukur satu kepanitiaan yang saya ikuti dan merupakan salah satu acara terbesar di Psikologi UI telah selesai dan sukses dilaksanakan. Acara apakah itu?? Tidak lain dan tidak bukan adalah: CANGKIR (Bincang Kastrat Intelek dan Kreatif). Kamis, 3 Mei 2012 ibaratnya menjadi harinya Cangkir. Persiapan demi persiapan yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan berbuah manis. Tentu saja ini berkat kerja keras, dedikasi, dan komitmen dari semua panitia dan Bidang Kastrat BEM Psiko UI. Terima kasih atas kerjasama dan kebahagian yang telah dibagikan bersama-sama selama 2 bulan terakhir. Dan inilah para pasukan Kastrat yang menjadi pionir dalam acara ini dan merupakan salah satu bidang yang saya dampingi.

Kastrat "Markona Kriting"

Ternyata warna dalam minggu ini tak berhenti hanya di hari Kamis saja. Saya berkesempatan untuk mendampingi biro yang saya dampingi, yaitu Biro Dana Usaha BEM Psiko dalam mempersiapkan Seminar "The Science of Attraction" yang dilaksanakan hari Sabtu kemarin. Sungguh merupakan kesempatan yang penuh dengan kekeluargaan, tawa, rasa lelah, dan komitmen. Walau harus tidur larut malam (jam 3 pagi) untuk mempersiapkan segalanya, tapi semuanya dilakukan dengan penuh dedikasi dan tentu saja, canda tawa. Bersama kak Ashma selaku Bendahara Umum BEM, kami terlarut dalam kebersamaan yang menyenangkan. Salah satunya adalah ketika ada proker Psy-Ang (Psychology Sayang). Hahaha.. :) Dan puji Tuhan seminar ini pun boleh berjalan dengan baik, membekali para mahasiswa bagaimana pendekatan yang jitu, daaan berhasil membuat galau linimasa twitter. Hahaha :D Good job, guys.

Danus "Berjumpa"

Dan kemudian pada hari Sabtu juga saya berkesempatan untuk melayani sebagai Usher di Paskah PO UI. Sungguh suatu kehormatan dan sukacita masih bisa melayani-Nya di tengah kesibukan yang (mungkin) luar biasa ini. Dan sungguh sukacita bisa bertemu dengan teman-teman dari fakultas-fakultas yang lain, para alumni Psikologi, dan. Sungguh berbahagia sekali. Dan mungkin juga mengobati rindu akan rutinitas pelayanan sewaktu SMA dulu. Time changes. But You always same, in past, now, and in my future. :)

Semoga bulan Mei dapat terlewati. Tugas-tugas, penelitian, UAS, semuanya bisa terlaksana dengan baik dan membawa hasil yang baik pula. Amiinnn. :)

Terima kasih,
OWL