Kekuatiran seringkali dimiliki banyak orang entah apapun
profesinya. Sebagai siswa/i dan mahasiswa/i,
banyak hal yang kita kuatirkan. Kuatir kalau nilai turun, kuatir kalau
tidak bisa membagi waktu antara belajar dengan teman bermain, kuatir dengan pelayanan
yang kita kerjakan, kuatir dengan kondisi kesehatan, dan tentunya maasih
banyaaak lagi, bahkan mungkin di satu buku tulis kita tidak cukup untuk
menuliskannya. Semua orang hidup dengan kekuatirannya masing-masing karena kita
sebagai manusia tidak tahu dengan apa yang akan terjadi pada hari esok.
Tak jarang juga kita merasakan kekuatiran tersebut karena
tuntutan dari faktor eksternal., seperti orang tua atau saudara yang menanyakan
kapan rencana untuk lulus, yang mungkin dapat membuat membuat kekuatiran yang
lebih lagi karena akan terdapat pikiran-pikiran, “Bisa gak ya ngebahagiain orang
tua?”, “Kalau lulus dengan nilai yang jelek gimana
ya?”, “Sebenarnya minat aku apa ya?”, “Setelah lulus SMA bisa masuk universitas
favorit gak ya?”. “Setelah lulus
kuliah langsung dapat kerja gak ya?”.
Nah teman-teman, jadi sebenarnya apa itu kuatir? Salah
satu ayat yang menyatakan tentang kuatir adalah Filipi 4:6 yang berbunyi. “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
Sementara itu, Alkitab versi NIV sendiri menuliskan ayat tersebut sebagai
berikut “Do not be anxious about
anything, but in every situation, by prayer and petition, with thanksgiving,
present your requests to God”.
Sebagai manusia biasa, orang beriman pun tidak lepas dari
rasa kekuatiran tersebut. Hal ini terjadi karena kita terlalu fokus pada diri
kita sendiri. Kita sudah terlanjur men-judge
diri kita bahwa kita tidak bisa mencapai sesuatu, tanpa berusaha terlebih
dahulu. Dari sini terlihat bahwa kita terlalu mengandalkan kekuatan diri kita
sendiri dalam menjalani hidup ini dan menjadi takut ketika kita berpikir bahwa
ada hal-hal didalam maupun diluar diri kita yang membuat semuanya tidak pasti.
Padahal kita mempunyai Tuhan yang selalu beserta kita setiap hari. Lalu perlu gak sih sebenarnya kita kuatir? Kalau
dipikir-pikir, sebenarnya tidak perlu karena beberapa alasan. Pertama, kuatir
itu merupakan pekerjaan yang sia-sia. Tuhan Yesus dalam Lukas 12:25 berkata.
“Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta
pada jalan hidupnya?” Rasa kuatir tidak akan
dapat menghasilkan apa-apa tetapi malah membuat kita terkadang menjadi
jauh dari Tuhan. Kedua, Tuhan sendiri memberikan jaminan bahwa Ia akan
mencukupi segala kebutuhan kita. Burung-burung gagak yang tidak menabur dan
tidak menuai, bunga bakung yang tidak memintal dan tidak menenun, dan rumput di
ladang saja dipelihara oleh Tuhan, apalagi kita sebagai manusia (Lukas 12:24,
27, 28).
Teman-teman, berikut ini ada satu ilustrasi yang akan
memberikan gambaran kepada kita mengapa kita tidak perlu merasa kuatir:
Ada dua orang pelancong asal
Swiss yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa
menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat-sendat karena mesin tuanya.
Sepanjang jalan, pelancong
pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terbekap rasa kuatir kalau mobil
itu mogok di tengah jalan. Ia kuatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom
bensin disana.
Sementara pelancong kedua tampak
santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit di negeri
cokelat itu. Bukit-bukit yang puncaknya dihiasi salju putih. Beberapa kali ia mengabadikan
keindahan itu dengan kamera pocketnya.
Setelah satu jam berlalu,
akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju. “Kok kamu
sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya
pelancong pertama. “Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti
ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.
Kisah diatas menolong kita untuk memahami bagaimana
seringkali kekuatiran membuat kita kehilangan banyak hal yang berharga. Lebih
buruknya lagi, seringkali kekuatiran itu tidak terbukti separah apa yang kita
kuatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali. Kekuatiran tidak akan menambah
sejengkal pun usia kita. Banyak orang hidup dalam kekuatiran dan cemas mengenai
apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti
akhirnya. Akhirnya, orang yang seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.
Dari
alasan-alasan diatas, kita dapat melihat bahwa Allah terus bekerja dan beserta
kita selalu. Mungkin ada saatnya dimana kita merasa apa yang terjadi kurang
baik bagi kita tetapi kita harus kembali mengingat bahwa yang paling tahu apa
yang terbaik bagi kita adalah Tuhan sendiri. Oleh karena itu, kita harus lebih
menyerahkan hidp kita kepada Tuhan. Jadi tidak ada lagi alasan untuk kuatir
karena ketika kita berdoa dan meminta kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan
yang terbaik untuk kita, Ketika masalah datang, kita bisa mengatakan, “Hey big
problem, I Have a Big God” karena memang benar Dia adalah Tuhan yang besar. Dan
kasihnya kepada kita merupakan kasih yang tidak berbatas dan tidak terhalang
oleh apapun.
terima kasih atas renungan berharga ini
ReplyDeleteTuhan memberkati