Monday, October 7, 2013

Serambi Elisium

Selamat siang, teman-teman Psikologi UI

Seperti yang teman-teman tahu, minggu ini (Senin-Jumat) sedang dilaksanakan voting sayembara nama Kanopi Serbaguna yang ada di depan Alfamart. Dan telah terpilihlah 5 nama yang masuk babak final, yaitu Pendopo, Gazebo, Kopi, Elisium, dan Kantin Trisula.

Nah, puji Tuhan usulan nama kanopi usulan gw masuk ke final, yaitu Elisium. Elisium gw ambil dari kisah mitologi Yunani dimana merupakan tempat bagi para pahlawan dimana penghuninya merasakan kebahagiaan, kesenangan, dan kedamaian tiada akhir. Filosofinya adalah ha inilah yang harapannya bisa dirasakan sivitas di Kanopi Serbaguna ini. Untuk lengkapnya, teman-teman bisa lihat di gambar ini. 



Untuk itu, jika teman-teman merasa usulan nama karya gw ini menarik dan bisa memberikan nuansa Psikologi di kanopi serbaguna tersebut, gw minta tolong bantuan dan dukungan teman-teman untuk mendukung “Elisium” di www.bit.ly/namakanopi Untuk 3 voter beruntung bisa mendapatkan uang tunai masing-masing Rp.500.000 loh J

Terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya, teman-teman. Selamat menyongsong UTS dan semoga suksess jaya. 

Friday, August 9, 2013

AKU ADA

Ketika aku sedang sedih menyesali masa lampauku
dan memikirkan masa depan dengan penuh kecemasan,
Tuhan berfirman, "Nama-Ku adalah AKU ADA"

Ia berhenti sejenak, aku pun menanti.
Kemudian dengan suara lembut Ia melanjutkan
"Bila hidupmu hanya memikirkan masa lampau
dengan kesalahan-kesalahan dan penyesalan-penyesalan,
semuanya itu tidak ada gunanya.
Aku tidak disana. Namaku bukan AKU DULU ADA"

Bila hidupmu hanya memikirkan masa depan
dengan segala permasalahan yang tak menentu dan rasa takut,
itu sia-sia.
Aku tidak ada disana. Nama-Ku bukan AKU AKAN ADA

Bila sekarang hidupmu memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini
dan percaya kepadaKu, sungguh indah sekali.
Aku ada disini. NamaKu adalah AKU ADA

Thursday, July 25, 2013

Torehan Puisi

Jika kelak aku dan dia gagal menjadi kami, setidaknya aku telah belajar mencintai.
                                                                                                               
                                                                                                              by "

Thursday, July 11, 2013

KELAS INSPIRASI BEKASI


Dear Bapak/Ibu/Saudara/i,

Mau sekedar membagikan info bahwa ada program yang namanya Kelas Inspirasi Bekasi. Kegiatan ini merupakan program dari Indonesia Mengajar dimana para profesional yang bergelut di bidang pekerjaannya masing-masing meluangkan waktunya sehari untuk mengajar dan berbagi inspirasi kepada anak-anak SD, khususnya di Bekasi. 

Kelas Inspirasi ini telah dilaksanakan di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bali, Depok, Jakarta, dll. Dan untuk di Bekasi akan dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013.

Mari berhenti mengutuki kegelapan dan mulai nyalakan lilin. Langkah menjadi panutan. Ujar menjadi pengetahuan. Pengalaman menjadi inspirasi. :)

Kelas Inspirasi Bekasi open recruitment 8 Juli 2013.. Go follow @KlsInspirasiBKS or http://www.kelasinspirasi.org/ for more information.. :)

Saturday, June 22, 2013

Setelah sekian lama...

".. sebab mendidik adalah tugas orang-orang terdidik". 


Selamat malam, wahai semangat mengajar yg muncul kembali. Lama tak berjumpa. :)

Sunday, June 16, 2013

THE ROSE, a Poem

The Rose

Some say love it is a river
that drowns the tender reed
Some say love it is a razor
that leaves your soul to bleed

Some say love it is a hunger
an endless aching need
I say love it is a flower
and you it's only seed

It's the heart afraid of breaking
that never learns to dance
It's the dream afraid of waking
that never takes the chance

It's the one who won't be taken
who cannot seem to give
and the soul afraid of dying
that never learns to love

When the night has been too lonely
and the road has been too long
and you think that love is only
for the lucky and the strong

Just remember in the winter far
beneath the bitter snows
lies the seed that with sun's love
in the spring becomes the rose

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Akhir)

Rekan Muda, Indonesia memiliki anak-anak yang pintar dan memiliki potensi yang begitu hebat, baik dalam bidang akademik dan non akademik. Begitu pula dengan adik-adik kita yang ada di pelosok. Mereka sebenarnya adalah anak-anak yang pintar dan memiliki semangat belajar yang luar biasa, bisa dibilang memiliki semangat yang melebihi anak-anak di kota. Tetapi, fasilitas dan sarana pendidikan disana tidak memadai. Contohnya di Kampung Depok. Ada yang harus berjalan selama sejam dan menembus hutan untuk menuju sekolah, tidak adanya Taman Kanak-Kanak sehingga ada siswa yang harus menjalani Kelas 1 selama dua tahun, fasilitas sanitasi dan UKS yang tidak memadai, tidak adanya perpustakaan, dan kurangnya tenaga guru. Sangat miris melihat kondisi seperti ini.
Rekan Muda, yang ingin saya bagikan dari pengalaman saya ini adalah bahwa kita sebagai generasi muda dapat melakukan suatu perubahan untuk bangsa ini ke arah yang lebih baik, khususnya bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Sebagai generasi muda, semangat dan fisik kita masih begitu berkobar-kobar. Semangat tersebut dapat kita wujud nyatakan dalam aksi yang konkret, tidak hanya sekedar omongan belaka.
Akhir-akhir ini, berkembang pesat gerakan-gerakan yang mendukung perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya bagi pendidikan anak-anak di pelosok. Salah satunya adalah Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Pak Anies Baswedan. Indonesia Mengajar adalah sebuah gerakan yang mengirim putra-putri terbaik bangsa untuk ke daerah-daerah pelosok menjadi guru selama setahun. Para Pengajar Muda ini, sebutan untuk yang mengikuti Indonesia Mengajar, merupakan lulusan-lulusan dari universitas ternama di Indonesia. Ada pula yang rela meninggalkan pekerjaannya untuk mengajar anak-anak di pelosok Indonesia. Semua ini mereka lakukan demi senyum generasi muda Indonesia di masa mendatang yang telah dibekali dengan pendidikan yang memadai.
Gerakan Indonesia Mengajar ini kemudian menginspirasi berbagai lapisan masyarakat untuk bergerak bersama memajukan pendidikan Indonesia. Lahirlah gerakan-gerakan serupa di universitas-universitas, seperti Gerakan UI Mengajar, Gerakan ITS Mengajar, Gerakan Trisakti Mengajar, Universitas Jember Mengajar, dsb.
Rekan Muda, kita juga dapat memajukan perkembangan pendidikan Indonesia. Tidak harus dengan mengikuti kegiatan mengajar di pelosok. Kita bisa mulai dari yang paling sederhana, yaitu mulailah untuk tidak lagi sering bolos kelas, tidak lagi titip absen ke teman, tidak lagi menyontek, tidak terlibat tawuran, dan mengerjakan tugas dengan maksimal dan jujur. Hargailah setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk teman-teman menikmati pendidikan yang memadai seperti sekarang. Karena ada juga looh adik-adik kita di pelosok sana yang tidak bisa menikmati pendidikan yang memadai seperti yang kalian nikmati sekarang. J
Jadilah agent of change bagi lingkungan dan bangsamu yang bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi pendidikan Indonesia. Tidak hanya sekedar omongan belaka, tapi wujudkan itu dalam hal yang konkret dan berguna bagi bangsa. It’s time to giving back to your community. Keluarlah dari zona nyamanmu dan jadilah terang bagi lingkunganmu. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga” - Matius 5: 16. Tuhan memberkati. J

Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu.

-Anies Baswedan-

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Tiga)

 Setiap anak memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing. Di dunia psikoogi ini sering disebut dengan individual differences. Anak yang mungkin terlihat nakal di sekolah, ternyata memiliki sifat yang berkebalikan di rumahnya, misalnya saja pendiam dan malah mematuhi orang tuanya. Mungkin di sekolah dia hanya ingin mencari perhatian dan mengaktualisasi dirinya. Hal inilah yang kulihat pada kunjungan hari ini.


            Hari ini aku mengunjungi empat muridku yang berada di daerah Depok 2. Pertama, aku mengunjungi Trisnawan, salah satu anak terpintar dikelasku. Walau hanya tinggal bersama ibunya, namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk ceria dan menikmati dunia anak-anak seperti lainnya. Walau kadang belajar rutinnya sering diselingi dengan menonton TV, namun dia tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan pintar di kelasnya.
            Kedua, aku mengunjungi Suyadi. Suyadi bisa dibilang salah satu anak yang aktif di kelasku dan juga merupakan anak yang mendapat perhatian khusus dariku. Dari cerita guru kelas V, Bapak Jaenuddin, Suyadi adalah salah satu yang tidak naik kelas tahun lalu. Di mata teman-temannya, dia termasuk murid yang suka mengganggu teman-temannya. Sayangnya ketika aku berkunjung, orang tuanya sedang pergi ke sawah. Sejenak ku menikmati pemandangan sawah yang indah dari luar rumahnya dan bercengkrama sedikit. Rumahnya terbilang sederhana tetapi tidak memiliki toilet.
            Ternyata, Suyadi anaknya santun dan ramah ketika ku berkunjung ke rumahnya. Kulihat dari matanya, ada mata seorang anak yang masih membutuhkan perhatian orang tuanya. Orang tua yang setiap harinya pergi ke sawah mungkin menyebabkan Suyadi kurang diperhatikan. Apalagi, keenam kakaknya sekarang sudah merantau ke Jakarta sehingga kalau orang tuanya ke sawah, dia hanya sendiri dirumah. So, jadi benar kan istilah don’t judge book by its cover?
            Kemudian, ku berkunjung kerumahnya Aat. Aat ini juga termasuk murid yang menonjol di kelasku. Ibunya termasuk orang yang ceria dan kami pun enak mengobrol saat itu. Ibunya menceritakan kebiasaan Aat yang selalu belajar setiap harinya. Hal ini membuatku senang. Semangat dan senyum mereka ternyata lahir dari kebiasaan yang telah ditanamkan di rumah. Ibu juga menyayangkan akan segera berakhirnya Gerakan UI Mengajar ini.
            “Kita teh seneng adek-adek pada datang kesini, anak-anak jadi semangat belajar.
Tapi teh bentar lagi pulang ya?”

Cepat atau lambat kami akan kembali kok, bu. Kembali dengan melihat semangat anak-anak yang terus berkobar untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Selanjutnya, aku berkunjung ke rumahnya Sanah yang tidak jauh dari rumahnya Aat. Namun, sayangnya kedua orang tuanya juga sedang ke sawah. Akhirnya, aku berbincang-bincang dengan nenek dan kakaknya. Ketika sedang berbincang-bincang, datang seorang kakek. Aku mengenalinya. Beliau adalah orang yang memberikan kami minum ketika kami pertama kali menginjakkan kaki di Kampung Depok.
Sang kakek banyak menceritakan kisah hidupnya. Beliau ternyata dulu ketika masih usia sekolah, menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat di Sumedang. Dan beliau telah tinggal di Kampung Depok ini selama 40 tahun. Beliau juga banyak berterimakasih kepadaku dan rekan-rekan dari Gerakan UI Mengajar telah mau datang ke Kampung Depok ini. Beliau mengucapkannya sambil berlinang air mata dan sesekali terisak-isak.
“Bapak makasih banyak ya kalian-kalian teh udah pada mau datang kesini.
Bahkan gubernur pun belum pernah datang kesini. Maap ya kalo jalannya teh pada rusak”

Tidak apa-apa, bapak. Kami justru senang dan bersyukur bisa ditempatkan di Kampung Depok ini. Banyak pelajaran hidup yang bisa kami dapat dan belajar bersyukur untuk hal-hal yang kecil sekalipun yang terkadang lupa untuk kami syukuri.
Diakhir perbincangan sore ini, dengan mata yang merah dan sedikit air mata yang kulihat di matanya, terselip sebuah doa dan harapan dari hatinya.

“Bapak doain ya semua lancar kuliahnya dan bisa lulus semuanya. Nanti kalo udah
pada sukses semuanya, jadilah gubernur terus bangun Kampung Depok ya.
Ato kalo nanti udah lulus, gak apa-apa pada balik ke sini ya? Ditempatin disini,
di Kampung Depok”

 ***


            Kebersamaan dan keceriaan itu pun berakhir pada tanggal 31 Januari 2013 dimana pada hari itu kami harus meninggalkan Kampung Depok. 23 hari sudah saya dan teman-teman Gerakan UI Mengajar menghabiskan waktu, berbagi keceriaan, dan semangat belajar kepada anak-anak di Kampung Depok. Pada tanggal 1 Juni 2013 saya kembali menginjakkan kaki di Bekasi.


Kelas 5 #SangJuara dari Kampung Depok

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Dua)

Hari-hari pun berlanjut. Di SDN Kertaraharja 3 ini, aku bersama rekan-rekan pengajar lainnya menggantikan guru asli disini   untuk mengajar anak-anak. Para guru tersebut mendapatkan materi mengajar kreatif dari para panitia. Dengan telah dibekali sebelumnya tentang mengajar kreatif, kami yang notabene bukan berkuliah di jurusan keguruan mencoba untuk menjadi guru bagi anak-anak kami disini. Para guru aslinya mendapatkan pelatihan mengajar kreatif dan pembekalan-pembekalan lainnya oleh panitia GUIM.


 Bersama para pengajar Gerakan UI Mengajar titik 3

Salah satu pengalaman mengajar yang saya alami adalah ketika ingin mengajar pelajaran Sejarah pada tanggal 18 Januari 2013. Ketika kelas sudah dimulai dengan doa dan absensi, posisi tempat duduk kuubah menjadi bentuk U seperti bentuk kalau mau rapat. Anak-anak dengan sigapnya membantuku merapikannya sambil bertanya-tanya, “Kita mau ngapain bapak? Mau sidang ya?”. “Lihat nanti saja ya.” Jawabku santai sambil menahan tawa karena pertanyaan mereka.
            Ketika semua sudah siap, kutuliskan di papan tulis “Selamat Datang di KONGRES SUMPAH PEMUDA 1”. Anak-anak bertambah penasaran ketika kutuliskan di beberapa kertas nama-nama organisasi peserta kongres pemuda, misalnya Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, dll. Ya, yang kusiapkan untuk anak-anakku adalah simulasi Kongres Sumpah Pemuda. Aku bertindak sebagai pemimpin rapat. Kucoba menyisipkan kata-kata pembakar semangat untuk lebih menghidupkan suasana dan disambut oleh para murid-muridku dengan teriakan, “Merdekaa! Merdekaa!”.
            Sesekali mereka tertawa dengan apa yang kulakukan. Aku berteriak, membangkitkan semangat anak-anak seolah-olah aku sedang membangkitkan semangat pemuda untuk menyatukan kekuata mengusir penjajah, dan ditambah dengan seruan “Merdekaa! Merdekaa!”. Hingga simulasi Kongres Sumpah Pemuda 2 mereka terlihat antusias. Hingga akhirnya ditutup dengan mengnyikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Sumpah Pemuda secara bersama-sama.
            Keseruan hari ini tidak hanya berakhir disitu saja. Setelah istirahat, kuajak anak-anak keluar kelas dan berkumpul di rerumputan dekat sekolah. Aku mengajak anak-anak untuk bermain perkusi alam dimana mereka memainkan alat music dari barang-barang sederhana yang ada di sekitar mereka. Dengan semangat mereka mencarinya. Ada yang mendapat pecahan piring, botol, bambu, pecahan keramik, kardus bekas KIT IPA, dan batok kelapa. Namun, semesta nampaknya belum mengizinkan kami berlatih diluar, maka kami masuk kembali ke kelas karena hujan.
            Di kelas mereka begitu antusias. Alunan bunyi barang-barang sederhana tersebut membetuk suatu harmoni yang khas, ditambah lagi dengan tawa dan canda anak-anak. Sebagai dirigen yang memimpin latihan mereka, aku begitu senang dengan latihan pertama ini. Mereka sudah bisa menyatukan harmoni walaupun masih ada kekurangan dalam menjaga tempo. Bel pulang sekolah pun harus memisahkan keceriaan kami siang itu.
            Inilah keceriaan yang kurasakan hari ini. Senang mereka bisa meneriakkan kata “Merdeka!”, senang mereka bisa menyatu dengan alam, senang mereka bisa merasakan indahnya harmoni kebersamaan, dan senang mereka bisa merasakan kemerdekaan dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Dan semoga mereka juga bisa merasakan indahnya kemerdekaan di segi kehidupan mereka yang lain, khususnya dalam pendidikan mereka. 

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Satu)

Tulisan ini merupakan pengalaman penulis
ketika mengikuti Gerakan UI Mengajar di Kampung Depok, Pandeglang, Banten
9 Januari-1 Februari 2013

            Akhirnya setelah kurang lebih 6 jam perjalanan menyusuri jalanan kota Depok menuju arah Banten, rombongan panitia dan pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2 tiba di Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
            Disini kami beristirahat sejenak di Kantor Kecamatan untuk melepas lelah. Disini pula aku mendapat sedikit gambaran dari dinamika pendidikan di Sobang. Anak-anak TK dan SD berlari kecil membawa payung berwarna-warni membentuk formasi warna yang begitu indah sambil sedikit-sedikit bercengkrama dalam bahasa Sunda.
            Pada acara pembukaan di Balai Desa Sobang, kami diperkenalkan dan disambut oleh Bapak Camat, Bapak Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sobang, dan para kepala-kepala Sekolah Dasar yang ada di Desa Kutamekar dan Kertaraharja.
            Selanjutnya, kami pun menunggu di Kantor Kecamatan untuk diangkut menuju titik masing-masing. Hingga malam tiba, kami harus terus menunggu di Kantor Kecamatan karena hujan turun terus menerus dari pagi sehingga menyebabkan akses jalan ke titik kami terputus. Kemudian, petualangan kami pun dimulai. Kantor Kecamatan kebanjiran!!
            Malam itu kami terkurung di Kantor Kecamatan karena banjir besar, kira-kira mencapai pinggul orang dewasa. Kami langsung menaikkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi dan para perempuan dievakuasi ke rumah warga yang letaknya lebih tinggi. Dan kami para laki-laki tinggal di kantor kecamatan untuk menjaga barang-barang.
***
            Pagi hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Banjir sudah surut. Matahari muncul dibalik awan yang mendung walau terlihat malu-malu. Dan aku pun memulai hari dengan nasi uduk tempe kuah opor yang dijual di depan SD Negeri 2 Sobang.
            Kabar baik pun datang. Para pengajar dan panitia titik 3 & 4 sudah bisa menuju lokasi. Dengan menaiki truk, kami semua menyusuri jalan berbatu, berlubang, dan becek. Sungguh merupakan tantangan bagi kami semua. Dan tanganku yang lecet menjadi saksi betapa sudahnya medan yang kami lalui.
            Tak hanya itu, kami pun harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk mencapai Kampung Depok. Jalanan berbatu, penuh dengan lumpur, ditambah dengan carrier yang beratnya kurang lebih seperempat berat badanku, kulalui bersama rekan pengajar dan panitia lainnya.
            Dan siang itu, tepat jam 12, kulabuhkan carrier, tubuh yang pegal, dan hatiku dirumah seorang ibu yang hangat pembawaannya, Bu Amnah. Aku tiba di rumah.
***
            Listrik masih padam. Di kampung Depok ini, listrik sudah padam sejak 5 hari yang lalu. Agak kaget memang mengingat kebanyakan dari pengajar dan panitia tidak mempersiapkan daya baterai dengan cukup alias hampir lowbatt.
            Hari ini hari yang baru. Dengan nametag, kemeja putih, celana hitam, dan jaket kuning mengiringi langkah kakiku menuju tempat dimana pengabdianku dimulai, SD Negeri 3 Kertaraharja.    Memasuki SD Negeri 3 Kertaraharja, aku bersama pengajar yang lain langsung disambut oleh puluhan anak-anak dan mereka langsung mencium tanganku. Seketika dalam hati ini seperti terasa “nyeshh”, terharu bercampur kaget karena ini merupakan hal yang baru.
            Kami pun diperkenalkan dengan para guru di SD ini dan perhatianku tertuju pada seorang bapak yang tenang, agak tua, dan bersahaja yang akan kuanggap sebagai mentorku disini, Bapak Jaenudin.
            Setelah diperkenalkan juga dalam acara Grand Launching di sekolah, kami masuk ke kelas masing-masing. Aku melangkahkan kakiku masuk ke kelas V. Dengan disambut assalamualaikum, kulihat anak-anak yang ada di kelasku. Saat itu juga kulihat tunas-tunas bangsa yang menunggu  untuk bertumbuh dan menjadi bunga yang indah.
            Kuperkenalkan diriku, bermain tepuk semangat dan permainan-permainan, dan kuminta untuk mereka menyebutkan nama serta cita-cita mereka. Ada para calon dokter, calon pemain bola, calon guru, calon santri, calon kyai, dan banyak lagi. Tekad untuk mewujudkannya kulihat jelas di mata mereka.

            Walau waktunya singkat, namun aku sudah mulai membangun kedekatan dengan mereka. Hingga akhirnya pertemuan hari ini harus diakhiri. Dengan manis kukira, karena seorang muridku yang bernama Suyadi berkata, “Pak, besok main bola jam 7 pagi ya.”.


Anak-Anak Kelas 5 SDN 3 Kertaraharja Depok

***

Sunday, April 28, 2013

Harapan

Bukan meminta beban yang ringan. Hanya pundak yang kuat untuk menopang beban-beban yang ada

Thursday, April 25, 2013

Yang Seru di Awal Bulan Pendidikan

Departemen P&K BEM IKM Fakultas Psikologi 2013 mempersembahkan Katarsis edisi perdana dengan topik Microexpression: Is It That Simple?

Kajian ini akan menghadirkan dua orang pembicara: Dra. Sri Fatmawati M., M.Si. dan Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala, M. Si., M. Sc., Ph.D. dan Kompol Ida Bagus Gede Adi Putra Yadnya, M. Psi sebagai sharer.

Jangan sampai ketinggalan acaranya! Pastikan kamu hadir di Katarsis pada hari Kamis, 2 Mei di H308-309 ged. H FPsi UI pkl. 16.00-18.00.


Acara ini bukan hanya untuk Psikologi UI, teman-teman dari fakultas lain boleh banget datang. Mari ramaikan :)


Tuesday, April 23, 2013

Pernahkah...

Pernahkah merasa sedang mencurahkan segenap jiwa raga waktu dan perhatian kepada satu hal yang merupakan passion untuk bisa tenggelam didalamnya?

Ya, saya sedang merasakannya dan sedang tenggelam didalam ritmenya. :)

Saturday, March 23, 2013


"I Won't Give Up"
by Jason Mraz
When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

Well, I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not, and who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up.

Well, I won't give up on us (no I'm not giving up)
God knows I'm tough enough (I am tough, I am loved)
We've got a lot to learn (we're alive, we are loved)
God knows we're worth it (and we're worth it)

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up


Yess, i will not give up.
I have many reason why i have to moving forward.
For our smile , now and in the future. :)

Regards,
OWL