Sunday, June 16, 2013

#SANGJUARA dari Kampung Depok (Bagian Dua)

Hari-hari pun berlanjut. Di SDN Kertaraharja 3 ini, aku bersama rekan-rekan pengajar lainnya menggantikan guru asli disini   untuk mengajar anak-anak. Para guru tersebut mendapatkan materi mengajar kreatif dari para panitia. Dengan telah dibekali sebelumnya tentang mengajar kreatif, kami yang notabene bukan berkuliah di jurusan keguruan mencoba untuk menjadi guru bagi anak-anak kami disini. Para guru aslinya mendapatkan pelatihan mengajar kreatif dan pembekalan-pembekalan lainnya oleh panitia GUIM.


 Bersama para pengajar Gerakan UI Mengajar titik 3

Salah satu pengalaman mengajar yang saya alami adalah ketika ingin mengajar pelajaran Sejarah pada tanggal 18 Januari 2013. Ketika kelas sudah dimulai dengan doa dan absensi, posisi tempat duduk kuubah menjadi bentuk U seperti bentuk kalau mau rapat. Anak-anak dengan sigapnya membantuku merapikannya sambil bertanya-tanya, “Kita mau ngapain bapak? Mau sidang ya?”. “Lihat nanti saja ya.” Jawabku santai sambil menahan tawa karena pertanyaan mereka.
            Ketika semua sudah siap, kutuliskan di papan tulis “Selamat Datang di KONGRES SUMPAH PEMUDA 1”. Anak-anak bertambah penasaran ketika kutuliskan di beberapa kertas nama-nama organisasi peserta kongres pemuda, misalnya Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, dll. Ya, yang kusiapkan untuk anak-anakku adalah simulasi Kongres Sumpah Pemuda. Aku bertindak sebagai pemimpin rapat. Kucoba menyisipkan kata-kata pembakar semangat untuk lebih menghidupkan suasana dan disambut oleh para murid-muridku dengan teriakan, “Merdekaa! Merdekaa!”.
            Sesekali mereka tertawa dengan apa yang kulakukan. Aku berteriak, membangkitkan semangat anak-anak seolah-olah aku sedang membangkitkan semangat pemuda untuk menyatukan kekuata mengusir penjajah, dan ditambah dengan seruan “Merdekaa! Merdekaa!”. Hingga simulasi Kongres Sumpah Pemuda 2 mereka terlihat antusias. Hingga akhirnya ditutup dengan mengnyikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Sumpah Pemuda secara bersama-sama.
            Keseruan hari ini tidak hanya berakhir disitu saja. Setelah istirahat, kuajak anak-anak keluar kelas dan berkumpul di rerumputan dekat sekolah. Aku mengajak anak-anak untuk bermain perkusi alam dimana mereka memainkan alat music dari barang-barang sederhana yang ada di sekitar mereka. Dengan semangat mereka mencarinya. Ada yang mendapat pecahan piring, botol, bambu, pecahan keramik, kardus bekas KIT IPA, dan batok kelapa. Namun, semesta nampaknya belum mengizinkan kami berlatih diluar, maka kami masuk kembali ke kelas karena hujan.
            Di kelas mereka begitu antusias. Alunan bunyi barang-barang sederhana tersebut membetuk suatu harmoni yang khas, ditambah lagi dengan tawa dan canda anak-anak. Sebagai dirigen yang memimpin latihan mereka, aku begitu senang dengan latihan pertama ini. Mereka sudah bisa menyatukan harmoni walaupun masih ada kekurangan dalam menjaga tempo. Bel pulang sekolah pun harus memisahkan keceriaan kami siang itu.
            Inilah keceriaan yang kurasakan hari ini. Senang mereka bisa meneriakkan kata “Merdeka!”, senang mereka bisa menyatu dengan alam, senang mereka bisa merasakan indahnya harmoni kebersamaan, dan senang mereka bisa merasakan kemerdekaan dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Dan semoga mereka juga bisa merasakan indahnya kemerdekaan di segi kehidupan mereka yang lain, khususnya dalam pendidikan mereka. 

1 comment: