Tulisan ini merupakan pengalaman penulis
ketika mengikuti Gerakan UI Mengajar di
Kampung Depok, Pandeglang, Banten
9 Januari-1 Februari 2013
Akhirnya setelah kurang lebih 6
jam perjalanan menyusuri jalanan kota Depok menuju arah Banten, rombongan
panitia dan pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2 tiba di Kecamatan Sobang,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Disini kami beristirahat sejenak di
Kantor Kecamatan untuk melepas lelah. Disini pula aku mendapat sedikit gambaran
dari dinamika pendidikan di Sobang. Anak-anak TK dan SD berlari kecil membawa
payung berwarna-warni membentuk formasi warna yang begitu indah sambil
sedikit-sedikit bercengkrama dalam bahasa Sunda.
Pada acara pembukaan di Balai Desa
Sobang, kami diperkenalkan dan disambut oleh Bapak Camat, Bapak Kepala UPTD
Pendidikan Kecamatan Sobang, dan para kepala-kepala Sekolah Dasar yang ada di
Desa Kutamekar dan Kertaraharja.
Selanjutnya, kami pun menunggu di
Kantor Kecamatan untuk diangkut menuju titik masing-masing. Hingga malam tiba,
kami harus terus menunggu di Kantor Kecamatan karena hujan turun terus menerus
dari pagi sehingga menyebabkan akses jalan ke titik kami terputus. Kemudian, petualangan
kami pun dimulai. Kantor Kecamatan kebanjiran!!
Malam itu kami terkurung di Kantor
Kecamatan karena banjir besar, kira-kira mencapai pinggul orang dewasa. Kami
langsung menaikkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi dan para perempuan
dievakuasi ke rumah warga yang letaknya lebih tinggi. Dan kami para laki-laki
tinggal di kantor kecamatan untuk menjaga barang-barang.
***
Pagi hari yang ditunggu akhirnya
datang juga. Banjir sudah surut. Matahari muncul dibalik awan yang mendung
walau terlihat malu-malu. Dan aku pun memulai hari dengan nasi uduk tempe kuah opor
yang dijual di depan SD Negeri 2 Sobang.
Kabar baik pun datang. Para pengajar
dan panitia titik 3 & 4 sudah bisa menuju lokasi. Dengan menaiki truk, kami
semua menyusuri jalan berbatu, berlubang, dan becek. Sungguh merupakan
tantangan bagi kami semua. Dan tanganku yang lecet menjadi saksi betapa
sudahnya medan yang kami lalui.
Tak hanya itu, kami pun harus
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk mencapai Kampung Depok.
Jalanan berbatu, penuh dengan lumpur, ditambah dengan carrier yang beratnya
kurang lebih seperempat berat badanku, kulalui bersama rekan pengajar dan
panitia lainnya.
Dan siang itu, tepat jam 12,
kulabuhkan carrier, tubuh yang pegal,
dan hatiku dirumah seorang ibu yang hangat pembawaannya, Bu Amnah. Aku tiba di
rumah.
***
Listrik masih padam. Di kampung
Depok ini, listrik sudah padam sejak 5 hari yang lalu. Agak kaget memang
mengingat kebanyakan dari pengajar dan panitia tidak mempersiapkan daya baterai
dengan cukup alias hampir lowbatt.
Hari ini hari yang baru. Dengan nametag, kemeja putih, celana hitam, dan
jaket kuning mengiringi langkah kakiku menuju tempat dimana pengabdianku
dimulai, SD Negeri 3 Kertaraharja. Memasuki
SD Negeri 3 Kertaraharja, aku bersama pengajar yang lain langsung disambut oleh
puluhan anak-anak dan mereka langsung mencium tanganku. Seketika dalam hati ini
seperti terasa “nyeshh”, terharu
bercampur kaget karena ini merupakan hal yang baru.
Kami pun diperkenalkan dengan para
guru di SD ini dan perhatianku tertuju pada seorang bapak yang tenang, agak tua,
dan bersahaja yang akan kuanggap sebagai mentorku disini, Bapak Jaenudin.
Setelah diperkenalkan juga dalam
acara Grand Launching di sekolah,
kami masuk ke kelas masing-masing. Aku melangkahkan kakiku masuk ke kelas V.
Dengan disambut assalamualaikum,
kulihat anak-anak yang ada di kelasku. Saat itu juga kulihat tunas-tunas bangsa
yang menunggu untuk bertumbuh dan
menjadi bunga yang indah.
Kuperkenalkan diriku, bermain tepuk
semangat dan permainan-permainan, dan kuminta untuk mereka menyebutkan nama serta
cita-cita mereka. Ada para calon dokter, calon pemain bola, calon guru, calon
santri, calon kyai, dan banyak lagi. Tekad untuk mewujudkannya kulihat jelas di
mata mereka.
Walau waktunya singkat, namun aku
sudah mulai membangun kedekatan dengan mereka. Hingga akhirnya pertemuan hari
ini harus diakhiri. Dengan manis kukira, karena seorang muridku yang bernama
Suyadi berkata, “Pak, besok main bola jam 7 pagi ya.”.
Anak-Anak Kelas 5
SDN 3 Kertaraharja Depok
***