Sunday, April 15, 2012

PETUALANGAN 17 RIBU RUPIAH

Selamat malam,

Bisa dibilang (salah satu) minggu yang berat sudah dilalui. Tugas-tugas (sebagian) telah terselesaikan, persiapan FunGames yang mendekati 85%, pelayanan di Persekutuan UI berjalan dengan lancar, pembicara untuk Training bidang Dana Usaha sudah dapat (akhirnyaa.. ), daan Training Kastrat  BEM Psikologi 2012 telah berjalan dengan baik pada hari Sabtu, 14/4 kemarin. Dengan tema Training "Orasi dan Sistematika Menyampaikan Pendapat di Depan Umum", secara tidak langsung membakar semangat saya juga dalam persoalan pergerakan mahasiswa. Saya memang bukan tipe mahasiswa yang kritis dan termasuk baru dalam masalah pergerakan, tapi hal ini menjadi sesuatu yang baru juga dalam kehidupan saya sekarang. Saya juga percaya bahwa mahasiswa bisa berperan dalam pergerakan dengan caranya masing-masing dan pergerakan itu hendaknya dilakukan dengan hati, bukan karena demi kepentingan sendiri ataupun ditunggangi oleh kepentingan pihak-pihak lain. Saya pun mengutip salah satu perkataan RBY, salah satu pembicara dalam training ini, "Ketika lu berjuang, hanya ada 2 hal: bikin lu mati atau bikin lu tambah kuat" (RBY, 2012).


Sekedar sharing saja, kisah menarik saya pada hari Sabtu tidak berhenti sampai disitu. Malah justru inilah awal dari "Petualangan 17ribu Rupiah". Petualangan ini bermula dari keadaan dompet saya yang bisa dibilang (sudah) menipis, hanya tertinggal uang sejumlah 17ribu di dompet, KTP, SIM, sebuah kartu nama, dan ATM. Dan ATM saya pun sedang tidak memungkinkan untuk diajak kerjasama. Hahaha :D Dalam hati saya hanya berkata, "Ya, inilah balada seorang mahasiswa. Enjoy aja". Setelah Training Kastrat selesai dan selesai juga membereskan ruang training, saya memutuskan untuk pulang ke Bekasi. Selagi perjalanan, saya melihat kembali dompet dan kembali berpikir, "Ehmm, ada 17ribu. 3500 buat angkot 19, 4500 buat bus P9B, 2000 buat angkot di bekasi, ama 7ribu buat ojek. Sipp, bisa lah". 

Ketika menunggu angkot 19 di jalan Margonda, ternyata sedang rame-ramenya. Dari 4 angkot 19 yang lewat, semuanya penuh sesak. Melihat ini, timbul keinginan untuk naik kereta saja. Tapi ibarat lagu, keputusan ini berat di ongkos. Untuk naik kereta, tiketnya untuk sampai ke Bekasi 12.500, 4000 untuk angkot 2x, dan ojek 7000= Rp. 23.500 --> uang di dompet= Rp. 17ribu. Dengan tersenyum, saya berkata dalam hati, "Tuhan pasti akan ngebantu, bantuan-Nya gak pernah terlambat". Dan saya pun memutuskan untuk menggunakan kereta untuk pulang ke Bekasi. 

Dan, VOIILAAA. Benar bahwa bantuan Tuhan memang tidak pernah terlambat. Ketika sudah tidak ada uang untuk membayar ojek, dalam perjalanan di angkot seorang senior di gereja saya, Bang Indra mengirimkan  sms: "Bed, lu dimana? Gw jemput ya, kita akan makan-makan di kebersamaan pemuda di rumah Bang Ierphan". Wuuiihhh, bersyukur sekali. Dalam keadaan sudah kosong "muatan di dompet", bisa dijemput, makan gratis, merasakan keceriaan bersama pemuda-pemuda GKI KP, dan saya pun diantarkan pulang sampai rumah dengan selamat. Tak ada kata lagi, hanya ucapan syukur yang terucap. :)

Sungguh indah ketika kita menyerahkan segala rencana dan hidup kita ke dalam kehendak Tuhan. Kita boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan yang terbaik bagi kita. Dan tentu saja, pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Jadi, alasan apa lagi yang menghalangi kita mengucapkan syukur kepada-Nya? :)

Regards,
OWL

No comments:

Post a Comment