Manusia
memiliki kemampuan untuk melesat jauh ke masa depan (Koesoema, 2007). Salah
satu sarana untuk manusia melesat jauh ke masa depan adalah melalui pendidikan.
Pendidikan telah menjadi sarana yang efektif dalam mengembangkan kemampuan
manusia, mulai dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif telah menjadi fokus utama yang dititikberatkan oleh dunia pendidikan sejak
dulu. Lalu, bagaimana dengan karakter manusia sebagai aspek afektif dari manusia?
Apakah perlu untuk dikembangkan?
Sebelum
itu, mari kita lihat definisi dari aspek penting yang akan dibahas dalam esai
ini, yaitu pendidikan dan karakter. Menurut KBBI, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan
pengertian karakter menurut Prof. Suyanto, Ph.D dalam artikelnya “Urgensi
Pendidikan Karakter” adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Suyanto, 2009).
Inilah yang menjadi tujuan utama dari pendidikan karakter. Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun
2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Secara esensial,
pendidikan karakter memiliki 3 aspek di dalamnya, yaitu understanding, caring about, dan acting upon core ethical values (Lickona, 2004). Dalam arti,
pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk membantu individu megerti dan
memahami, peduli dengan apa yang ada di lingkungan sekitarnya, dan tetap memperhatikan
etika/aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Apa dampak dari
pendidikan karakter ini? Sebuah penelitian yang dilakukan Chang & Munoz
(2006) telah membuktikan manfaat dari pendidikan karakter melalui Project CARE (Character Actualization Requires
Education). Proyek ini merupakan implementasi dari pendidikan karakter yang
dikembangkan di Amerika, yaitu Child Development
Project (CDP). Penelitian ini mengambil subjek 390 guru dan 3.908 siswa
kelas 3-5 di 16 sekolah yang ada di Jefferson County Public School District,
Louisville, Kentucky. Dari penelitian ini, Chang dan Munoz menemukan bahwa
project ini memberikan impact yang
positif bagi para siswa. Para siswa yang menjalani project CARE lebih
menunjukkan sifat kemandirian dan berpengaruh di kelas serta lebih menunjukkan social support kepada rekan-rekan di
kelasnya.
Pada akhirnya, pendidikan
karakter tidak hanya bisa dipahami sebagai suatu proses yang instan, hanya
dengan beberapa pertemuan di sekolah maka sang anak akan memiliki karakter yang
baik. Dibutuhkan waktu, tenaga, dan banyak hal
lainnya yang saling mendukung untuk membentuk dan mengembangkan tatanan
karakter yang baik agar tercipta sebuah generasi yang memiliki pola pikir dan
pandangan yang luas dan bijaksana sehingga melahirkan generasi berbudi pekerti
luhur serta mampu mengendalikan emosi dengan baik agar tercipta karakter yang
kuat bagi individu tersebut.
Referensi :
Koesoema, D.A. (2007). Pendidikan Karakter:
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.
Chang, F. &
Munoz, M. (2006): School personnel educating the whole child: impact of
character education on teacher’s self assessment and student development. Journal of Personnel Evaluation in
Education, 19, 35-49.
Lickona, T. dalam Fajri, M. (2012). Hakikat Pendidikan Karakter. Diambil dari http://vhajrie27.wordpress.com/2012/02/13/hakikat-pendidikan-karakter/
Diakses pada Rabu, 3 Oktober 2012 pukul 08.33.
Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. Diambil
dari http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html
Diakses pada Rabu, 3 Oktober 2012 pukul 08.07
No comments:
Post a Comment